Kamis, 08 Mei 2014

Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran dan ICT (Information and Communication Technology)








MAKALAH
“MEDIA PEMBELAJARAN KOBEL (KOTAK BELAJAR) AJAIB (AKSARA JAWA IMUT BANGET) UNTUK MENGENAL SILSILAH KULAWARGA JAWI”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran dan ICT (Information and Communication Technology)
Dosen Pengampu: Minsih, M.Pd.


DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

 SRI WAHYUNI                         (A510120172 / IV D) 


PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013/2014


 



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Media dan Media Pembelajaran
Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima {Daryanto (2012: 4)}, sumber lain menyebutkan, Media dari bahasa Latin medius yang secara harfiah  berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan {Arsyad (2013: 3)}.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne dan Briggs (1970) dalam Sadiman (1986: 5)  menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara itu Briggs, berpendapat bahwa, media adalah segala alat fisik yang dapat manyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya adalah buku, kaset, film, bingkai, dan lain-lain.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) menyatatakan bahwa, media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca {Sadiman (1986: 6-7)}.
Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut (AECT, 1977).
Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association for Education and Communication technology/AECT) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca  atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat  merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu, Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. E De Corte mengartikan media pengajaran sebagai suatu sarana non personal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional {Sadiman (1986: 4-7)}.
Dari berbagai definisi dari media diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu dalam lingkungan siswa dan merupakan non personal (bukan manusia) yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar. Jadi secara keseluruhan dapat diartikan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

B.     Perkembangan Media Pembelajaran
Pada mulanya, media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar Guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman secara konkrit, memotivasi dalam belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Namun, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya, orang kurang memperhatikan aspek desain, produksi dan evaluasinya.
Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkritkan ajaran ini dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA).
Bermacam peralatan digunakan guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi jika hanya menggunakan alat bantu visual semata.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman (kerucut pengalaman/cone of experience) dari tingkat yang paling konkrit ke yang paling abstrak. Pada saat itu, klasifikasi ini dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu, media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual tidak hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk program pembelajaran. Tetapi, sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media saja. Faktor siswa yang menjadi komponen utama dalam proses belajar belum mendapat perhatian.
Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam Proses Belajar Mengajar. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam Proses Belajar Mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam dalam diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah benar. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan oleh teori ini ialah teaching machine dan programmed instruction.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran.
Pada dasarnya para Guru dan ahli audio visual menyambut baik perubahan ini. Guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda, sebagian lebih cepat belajar melalui media visual, sebagian melalui media audio, sebagian melalui media cetak, yang lain melalui media audio visual, dan sebagainya. Dari sini maka lahirlah konsep penggunaan multi media dalam kegiatan pembelajaran {Sadiman (1986: 7-10)}.

A.    Jenis-Jenis Media Pembelajaran
            Menurut Leshin, dkk dalam Arsyad (1992: 79-100) ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut dengan media dua dimensi, yakni  media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model seperti model padat (solid models), model penampang, model susun, model kerja, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti  slide, film strips, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran. Aneka ragam media pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Brets membuat klasifikasi berdasarkan adanya tiga ciri, yaitu: suara (audio), bentuk (visual) dan gerak (motion). Atas dasar ini, Brets mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut:
a.       Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televise, video, dan film bergerak.
b.      Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak. 
c.       Media  audio -semi-motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini adalah papan tulis jarak jauh atau tele -blackboard.
d.      Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak. 
e.       Media still-visual, yaitu ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan slide tanpa suara.
f.       Media  audio, yaitu hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan tape.
g.      Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan  tercetak/ seperti buku, modul, gambar, pamphlet, dll.
            Penggunaan media diatas tidak dilihat dari kecanggihan media, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dari media pembelajaran yang digunakan. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, diperlukan dukungan dari media pembelajaran. Namun dalam memilih media pembelajaran, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Memilih media yang terbaik  untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembelajaran bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Media memiliki jenis yang bermacam-macam dan kegunaan yang bermacam-macam pula. Oleh karena itu seorang guru perlu memilih media yang tepat sehingga media tersebut dapat digunakan dengan efektif dan efisien. Dalam memilih media, yang harus diperhatikan oleh seorang guru antara lain: media harus sesuai dengan  tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik dari media, ketepatgunaan dari media, kondisi siswa, ketersediaan barang, biaya, dan waktu yang diperlukan untuk mendapatkannya. Dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.       Ketepatan dengan tujuan pengajaran. Artinya, media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang  berisikan unsur pemahaman, aplikasi, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran. 
b.      Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran. Artinya, bahan pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangan memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c.       Kemudahan memperoleh media. Artinya, media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya. 
d.      Keterampilan guru dalam menggunakannya. Apa pun jenis media yang diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan  media oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya komputer, OHP, Proyektor film dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pembelajaran untuk mempertinggi  kualitas pembelajaran. 
e.       Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.
f.       Sesuai dengan taraf berfikir siswa. Memilih media untuk pendidikan dan pembelajaran harus sesuai dengan taraf  berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kemampuan berfikir tinggi.
            Dengan kriteria pemilihan media diatas, guru diharapkan dapat lebih mudah memilih media mana yang akan digunakan dalam pembelajaran guna mempermudah tugas-tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kehadiran media pembelajaran jangan terlalu dipaksakan bila hal tersebut dapat mempersulit tugas guru sebagai pengajar, tapi harus sebaliknya, yakni dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dibawah ini adalah contoh penggolongan jenis-jenis media pendidikan menurut Leshin, dkk dalam Arsyad (1992: 101-150) seperti dibawah ini:
1.      Media Berbasis Visual
      Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik, bagan, cart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahan-bahan visual dan grafik itu. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagsan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, informasi, atau situasi.
      Dalam proses penataan itu harus diperhatikan  prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain :
1.      Kesederhanaan
2.      Keterpaduan
3.      Penekanan
4.      Keseimbangan, yang mana keseimbangan dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Keseimbangan formal
b.      Keseimbangan informal
 Unsur-unsur visual yang selanjutnya perlu dipertimbangkan meliputi:
1.      Bentuk
2.      Garis
3.      Ruang
4.      Tekstur
5.      Warna
2.      Media Berbasis Audio Visual
      Media audio dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau sekali kita membeli tape dan peralatan seperti tape recorder, hampir tidak diperlukan lagi biaya tambahan karena tape dapat dihapus setelah digunakan dan kesan baru dapat direkap kembali. Disamping itu, tersedia pula materi audio yang dapat digunakan dan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Audio dapat menampilkan kesan yang memotivasi.
3.      Media Berbasis Komputer
      Seiring berkembangnya kemajuan komputer, komputer dapat digunakan sebagai media pembelajaran computer assisted intruction (CAI). Dilihat dari situasi belajar dimana komputer digunakan untuk tujuan menyajikan isi pelajaran, CAI bisa berbentuk tutorial, drills and practice, simulasi, dan pemainan.
4.      Multimedia Berbasis Komuter dan Interaktif Video
      Kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media itu. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran.  
5.      Media Microsoft Power Point
      Salah satu program presentasi yang banyak digunakan orang untuk mempresentasikan slidenya. Dalam dokumen ini juga sudah disertakan langkah – langkah yang harus ditempuh untuk menggunakan beberapa fitur microsoft word.
6.      Media Internet
      Dunia internet kini sangat pesat tanpa mengenl usia, jabatan, seakan kita semua dipaksa untuk mengenal dunia maya ini. Dunia internet merupakan dunia dimana orang-orang yang dapat saling berkomunikasi jauh-jauh secara real team tanpa mengenal jarak. Dunia internet adalah dimana kita dapat mempermudah semua kegiatan rutin yang ada dengan memanfaatkan konsep teknologinya.
7.      Media Berbasis Manusia
      Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan dengan pembelajaran siswa. Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala socrates. Salah satu faktor penting dalam pebelajaran dengan media berbasis manusia ialah rancangan pelajaran yang interaktif.
8.      Media Berbasis Cetakan 
      Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Pembelajaran berbasis teks, dikenal dengan istilah pembelajaran terprogram yang merupakan materi untuk pembelajaran mandiri.
9.      Pemanfaatan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar
      Perpustakan merupakan pusat sarana akademis yang merupakan yang menyediakan bahan-bahan berupa barang cetakan seperti buku, majalah, surat kabar, karya tulis dll, dan bahan-bahan non cetakan seperti foto, film, kaset, video, dan lain-lain. Bahan-bahan yang tersedia itu dapat dikelompokkan ke dalam jenis (1) refrensi, (2) reserve, (3) pinjaman.

B.     Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Sadiman (1986: 16-17), secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1)      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulisatau lisan belaka).
2)      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya:
a.       Objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model;
b.      Objek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, mikroskop, teleskop, film bingkai, film, atau gambar;
c.       Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;
d.      Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, maupun secara verbal;
e.       Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain;
f.       Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3)      Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a.       Menimbulkan kegairahan belajar.
b.      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c.       Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4)      Dengan sifat yang unik pada tiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka Guru akan mengalami banyak kesulitan bilamana semuanya itu harus dialami sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan Guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a.       Memberikan perangsang yang sama.
b.      Mempersamakan pengalaman.
c.       Menimbulkan presepsi yang sama.
Penggunaan media pembelajaran adalah sebagai salah satu usaha guru untuk membuat pengajaran lebih konkret, memperjelas, membuat konsep yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan membuat siswa lebih termotivasi dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Sehingga secara tidak langsung, penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran  yang dipelajari. Diantara fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran antara lain adalah:
a.       Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
b.      Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit).
c.       Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).
d.      Semua indra siswa dapat diaktifkan.  
e.       Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
 Menurut Sudjana dan Rivai (1992: 2) dalam Arsyad (2013: 28) mengemukakan beberapa manfaat media pembelajaran adalah:
a.       Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
c.        Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain -lain.
Menurut Hamalik (1994:15) dalam Arsyad (2013: 28- 30) yang terdapat dalam Encyclopedia of Education Research  merinci manfaat media pembelajaran sebagai berikut:
a.       Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
b.      Memperbesar perhatian siswa.                                                           
c.        Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar siswa, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
d.      Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
e.       Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinue, terutama melalui gambar hidup. 
f.       Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa siswa.
g.      Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
   Dari beberapa uraian tentang manfaat media pembelajaran di atas, dapat diambil kesimpulan beberapa manfaat dari  penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a.       Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. 
b.      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c.       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
d.      Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum, kebun binatang, dan lain-lain.
A.    Definisi Mata Pelajaran Bahasa Jawa
            Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa terutama di beberapa bagian Banten terutama di Kabupaten Serang dan Tanggerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai Utara terbentang dari Pesisir Utara Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon, Jawa Tengah dan Jawa Timur di Indonesia.
            Menurut Kridalaksana (2001: xxx) Secara geografis, Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang digunkan oleh masyarakat yang berasal dari wilayah Jawa Tengah dan sebagian besar Jawa Timur. Sebagian wilayah Jawa Timur, di tempati oleh masyarakat yang berbahasa dialek Madura. Luasnya wilayah dan kendala geografis menyebabkan Bahasa Jawa tampil dalam berbagai dialek. Secara garis besar, dialek-dialek dalam Bahasa Jawa dapat di kelompokkan berdasarkan letak geografisnya, yakni dialek Jawa Timur, dialek Jawa Tengah, Pesisir Utara, dialek Pesisir Selatan, dan dialek perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat terdapat Bahasa Jawa dialek Cirebon. Di wilayah Jawa Barat Utara, yakni di daerah Banten, terdapat Bahasa Jawa dialek Banten. 
            Ada juga Bahasa Jawa yang digunakan di wilayah Yogyakarta dan Surakarta. Bahasa Jawa yang digunakan di kedua wilayah ini dianggap sebagai Bahasa Jawa Baku oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Bahasa Jawa yang berada di luar kedua wilayah tersebut merupakan dialek-dialek dari Bahasa Jawa Baku tersebut.  
            Ciri utama yang menandai Bahasa Jawa baku adalah hadirnya seluruh tutur – ngoko, madya, krama – dalam percakapan sehari-hari, baik dalam formal maupun informal. Pada dialek-dialek yang lain, ragam krama biasanya hanya digunakan dalam situasi formal saja. Dengan kata lain, ragam formal yang digunakan oleh penutur Bahasa Jawa dialek Non Baku adalah ragam krama yang ada pada Bahasa Jawa Baku.
            Realisasi dialek-dialek Bahasa Jawa ini diwujudkan melalui perbedaan kosa kata dan perbedaan fonologis. Perbedaan kosa kata misalnya yang terdapat pada pronomina persona kedua kowe, sampeyan, panjenengan (BJ Baku), kon, kowe, rika, pena (BJ Dialek Jawa Timur). Inyong (BJ dialek Pesisir Utara-Tegal). Perbedaan ciri fonologisnya antara lain adalah perbedaan pengucapan vokal a yang diucapkan secara berbeda (apa ‘apa’ diucapkan [opo] dan [apa]) pada semua kosa kata. Perbedaan ciri fonologis yang lain adalah perbedaan ciri intonasi dan logat.
            Selain itu dalam mata pelajaran bahasa jawa tidak terlepas dari aksara jawa. Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Aksara jawa disebut juga dengan nama aksara Legenda.  Aksara Legena merupakan  aksara Jawa pokok yang jumlahnya 20 buah. Sebagai pendamping, setiap suku kata tersebut mempunyai pasangan, yakni kata yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup, dengan suku kata berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup oleh  wignyan ,  cecak  dan  layar. Tulisan Jawa bersifat Silabik atau merupakan suku kata. Sebagai tambahan, di dalam aksara Jawa juga dikenal huruf kapital yang dinamakan Aksara Murda. Penggunaannya untuk menulis nama gelar, nama diri, nama geografi, dan nama lembaga.
            Hanacaraka  atau dikenal dengan nama  carakan  atau  cacarakan  adalah aksara  turunan  aksara Brahmi  yang digunakan untuk naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Bali, dan  bahasa Sasak. Aksara Jawa modern adalah modifikasi dari  aksara Kawi  dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan  kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Dengan demikian, terdapat penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan penulisan aksara Latin.
Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung (di bawah garis), seperti aksara Hindi. Namun demikian, pengajaran modern sekarang menuliskannya di atas garis. Aksara Jawa Hanacaraka memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf  pasangan   yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak berpasangan), 8  pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan  dan lima pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan {Sayoga. Aksara jawa hanacaraka pallawa (http: //id.wikipedia.org) diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 15.28 WIB}.

B.     Kontribusi Serta Urgensi Media Pembelajaran “Ajaib” (Aksara Jawa Imut Banget) Untuk Mengenal Kulawarga Jawi dalam  Mapel Bahasa Jawa Untuk Sekolah Dasar
            Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana Guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Ketika proses belajar mengajar tersebut terjadi, tentu saja tidak dapat berjalan selancar apa yang diharapkan oleh Guru. Sering kali timbul penyimpangan-penyimpangan ataupun gangguan-gangguan, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak bisa berjalan secara efektif dan efisien. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya minat, gairah dan motivasi siswa untuk menerima materi ajar yang disampaikan oleh guru.  Sebagai usaha dalam rangka mengatasi masalah tersebut, maka sangatlah dipandang perlu seorang guru menggunakan media dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Karena fungsi dari media pembelajaran tersebut adalah sebagai daya tarik sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lebih menarik, siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam menjalani proses pembelajaran, serta materi yang disampaikan pun dapat diserap oleh siswa dengan baik. 
            Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:
a.       Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa satu dengan siswa lain tentu mengalami/mempunyai pengalaman yang berbeda. 
b.      Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh siswa di dalam kelas, seperti: objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat. Maka dengan melalui media akan dapat diatasi kesukaran-kesukaran tersebut.
c.       Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungan. Gejal fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya.
d.      Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 
e.       Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. Penggunaan media seperti gambar, film model, grafik dan lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar. 
f.       Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan
menggunakan media, pengetahuan anak semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar akan timbul.
g.      Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Pemasangan  gambar di papan buletin, pemutaran film dan mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu ke arah keinginan untuk belajar.
h.      Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi {Maimunah. 2010. Media Kartu Huruf, Pembelajaran Aksara Jawa, Motivasi (http://multimedianusantara.com) diakses 21 Maret 2014 pukul 15: WIB}.

C.    Konstribusi Media Kotak Belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
      Dalam pembelajaran Bahasa Jawa, Aksara Jawa adalah salah satu materi yang dianggap sulit bagi siswa, terutama siswa Sekolah Dasar. Pembelajaran Aksara Jawa dianggap membosankan dan rumit. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud membuat media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget).
          Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) adalah media pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar Kelas 1 dengan materi aksara jawa yang diintegrasikan dengan materi kulawarga yang memang menjadi salah satu materi pokok yang diajarkan pada siswa SD kelas 1 semester 1. Media tersebut memperkenalkan bentuk-bentuk aksara jawa secara menarik dan bervariasi sehingga siswa SD merasa tertarik pada  pembelajaran.
          Media ini adalah media pembelajaran dalam bentuk kotak belajar (kobel) yang di dalamnya terdapat huruf-huruf aksara jawa. Huruf-huruf yang terdapat dalam kotak belajar tersebut dapat dibuat dengan menggunakan tangan atau hasil cetakan computer yang digunting dan ditempelkan pada kotak belajar tersebut. Kotak belajar  tersebut memiliki ukuran 75 X 50 cm, atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan media kotak belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) ini, maka kegiatan pembelajaran dapat di desain dengan berbagai macam cara, baik itu dengan cara individu maupun dengan cara pengelompokan siswa. Selain itu dengan kotak belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran mengenal silsilah kulawarga jawa.
          Bahan yang digunakan dalam Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) ini tergolong murah dan mudah didapatkan, hanya kardus bekas, karton dan sterofoam. Dengan harga yang murah dan mudah dibuat, Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) memberikan banyak konstribusi dalam pembelajaran bahasa jawa terutama aksara jawa.
D.    Kelebihan Media Kotak Belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
a.       Mudah di bawa: Dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan ringan  membuat media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)  dapat disimpan diatas lemari atau di ruang kelas, sehingga   tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di mana saja, di kelas ataupun di luar kelas.
b.      Praktis: dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) sangat praktis dalam menggunakan media ini Guru tidak perlu memiliki keahlian khusus, selain itu media ini tidak membutuhkan listrik. Jika akan menggunakan kita tinggal menyusun urutan aksara jawa sesuai dengan keinginan kita, pastikan posisi aksara jawanya tepat tidak terbalik, dan jika sudah digunakan tinggal disimpan kembali dengan cara dilipat  atau menggunakan kotak khusus supaya tidak tercecer.  Selain itu biaya pembuatan media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) ini pun sangatlah murah, karena dapat menggunakan barang-barang bekas seperti kertas kardus sebagai papanya.
c.       Gampang diingat: karakteristik media kotak belajar adalah menyajikan huruf aksara Jawa yang disajikan. Sajian huruf aksara Jawa ini akan memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal bentuk huruf tersebut.  
d.      Menyenangkan: Media Kotak belajar dalam penggunannya bisa melalui permainan. Misalnya siswa berlomba-lomba mencari satu kartu yang bertuliskan huruf aksara Jawa tertentu yang disimpan secara acak, dengan cara berlari siswa berlomba untuk mencari sesuai perintah. Selain mengasah kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan (fisik).
e.       Memberikan inovasi baru dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
f.       Memudahkan Guru dalam mengajarkan aksara jawa yang banyak dan rumit kepada siswa serta memudahkan siswa memahaminya.
g.      Aman digunakan: dapat digunakan oleh siswa baik di dampingi Guru maupun tidak, karena tidak memiliki sisi-sisi yang tajam dan terbuat dari bahan yang lunak dan lembut.

E.     Teknik Pembuatan Kotak Belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
1.      Siapkan kertas yang agak tebal seperti kertas duplek atau dari bahan kardus. Kertas ini berfungsi untuk menyimpan atau menempelkan huruf.
2.      Kertas tersebut di berikan tanda dengan pensil atau spidol dan menggunakan penggaris, untuk menentukan ukuran 5X5 cm
3.      Potong-potonglah kertas duplek atau kardus tersebut dengan menggunakan gunting atau pisau kater hingga tepat berukuran 5X5 cm. Buatlah kartu-kartu tersebut sejumlah huruf yang akan ditempelkan. 
4.      Selanjutnya, jika objek huruf akan langsung  dibuat dengan tangan, maka kertas alas tadi perlu dilapisi dengan kertas halus untuk menggambar, misalnya kertas HVS, kertas concort atau kertas karton. 
5.      Mulailah menggambar dengan menggunakan alat gambar seperti kuas, cat air, spidol, pensil warna, atau membuat desain menggunakan komputer dengan ukuran yang sesuai lalu setelah selesai ditempelkan pada alas tersebut. 
6.      Jika gambar huruf yang akan ditempel memanfaatkan yang sudah ada, misalnya gambar-gambar yang di jual di toko, di pasar, maka selanjutnya gambar-gambar tersebut tinggal di potong sesuai dengan ukuran, lalu ditempelkan menggunakan perekat atau lem kertas.
F.     Persiapan Penggunaan Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
a.       Mempersiapkan diri. Guru perlu menguasai bahan pembelajaran dengan baik, memiliki keterampilan untuk menggunakan media tersebut. Kalau perlu untuk memperlancar lakukanlah dengan latihan berulang-ulang meski tidak langsung dihadapan siswa. Siapkan pula bahan dan alat-alat lain yang mungkin diperlukan. Periksa juga urutan huruf aksara jawanya kalau-kalau ada yang terlewat atau susunannya tidak tepat.
b.      Mempersiapkan media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget). Sebelum dimulai pembelajaran pastikan bahwa jumlahnya cukup, cek juga urutannya apakah sudah benar, dan perlu atau tidaknya media lain untuk membantu. 
c.       Mempersiapkan tempat. Hal ini  berkaitan dengan posisi guru sebagai penyaji pesan pembelajaran apakah sudah tepat berada di tengah-tengah siswa, apakah ruangannya sudah tertata dengan baik, perhatikan juga penerangannya lampu atau intensitas cahaya di ruangan tersebut apakah sudah baik,  yang terpenting adalah semua siswa bisa dapat melihat isi kotak belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) dengan jelas dari semua arah. 
d.      Mempersiapkan siswa. Sebaiknya siswa ditata dengan baik, diantaranya dengan cara duduk melingkar  dihadapan Guru, perhatikan siswa untuk memperoleh pandangan secara memadai. Cara duduk secara melingkar dipastikan semua siswa dapat melihat sajian dengan baik, berbeda dengan berjejer ke belakang, mungkin saja ada siswa yang tidak dapat melihat ke depan karena terhalang teman yang lainnya, atau terlalu jauh sehingga tidak jelas.
G.    Cara Penggunaan Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
a.       Huruf-huruf aksara jawa yang sudah disusun di pegang setinggi dada dan menghadap ke depan siswa. 
b.      Cabutlah satu persatu huruf-huruf aksara jawa tersebut setelah Guru selesai menerangkan. 
c.       Berikan huruf-huruf aksara jawa yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk di dekat Guru. Mintalah siswa untuk mengamati huruf-huruf aksara jawa tersebut satu persatu, lalu teruskan kepada siswa yang lain sampai semua siswa kebagian. 
d.      Jika sajian dengan cara permainan, letakan huruf-huruf aksara jawa tersebut di dalam sebuah kotak  secara acak dan tidak perlu disusun, siapkan siswa yang akan berlomba misalnya tiga orang berdiri sejajar, kemudian Guru memberikan perintah, misalnya cari huruf “ha”.
e.       Kemudian, siswa yang paling cepat menemukan huruf “ha” diminta menuliskan salah satu nama sebutan kaluwarga dalam bahasa jawa melalui aksara jawa menggunakan Media Kobel ini. Misalnya: menuliskan “Rama” atau “Ibu” menggunakan aksara jawa dalam Kobel.
f.       Guru bersama-sama siswa di kelas mengoreksi penulisan tersebut.
g.      Guru wajib memberi apresiasi dan tanggapan, baik itu benar atau salah pekerjaan siswa tersebut.
h.      Jika diperlukan, berikan kesempatan siswa yang lain untuk mencoba, agar pembelajaran kontekstual lebih nyata terlihat.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
          Berdasarkan uraian makalah tersebut di atas pada proses kegiatan pembelajaran berkenaan dengan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Adanya peningkatan motivasi belajar pada siswa dapat terlihat dari partisipasi serta keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terbukti sebagaimana uraian berikut:
1. Penggunaan media kotak belajar AJAIB (Aksara Jawa Imut Banget) dalam pembelajaran aksara Jawa berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh sangat baik dan mempunyai pengaruh positif bagi siswa. Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Aspek yang diukur dalam motivasi tersebut adalah tanggapan, perhatian dan perasaan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Ketiga aspek tersebut dapat meningkat dengan digunakannya media kotak belajar AJAIB (Aksara Jawa Imut Banget). 
2. Penggunaan media kotak belajar AJAIB (Aksara Jawa Imut Banget) dalam pembelajaran aksara Jawa sangat baik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa merasa senang dalam  pembelajaran yang berlangsung dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Motivasi mempunyai pengaruh terhadap hasil nilai siswa yang termotivasi, keinginan belajarnya akan meningkat.
3. Hasil dari penggunaan media kotak belajar AJAIB (Aksara Jawa Imut Banget) ini adalah tingkat motivasi siswa untuk mempelajari aksara Jawa meningkat dan pada akhirnya, nilai ulangan hariannya tentang aksara Jawa dapat melebihi standar yang ditetapkan.
B.     Saran
Ada beberapa saran penulis yang diharapkan dapat membangun dan mendukung peningkatan  kualitas pembelajaran Aksara Jawa di  Sekolah Dasar pada khususnya dan seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, diantaranya adalah:
1.    Dalam setiap pembelajaran, perlu adanya pendekatan, metode, media dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dapat menarik perhatian dan minat siswa. Hal-hal tersebut  hendaknya telah dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Karena dengan adanya perencaan dan penentuan metode serta media yang akan dipakai, pembelajaran akan berjalan secara sistematis.
2.    Siswa sangat membutuhkan motivasi dari seorang guru. Sebagai seorang guru hendaknya harus pandai dalam memberikan motivasi di dalam kelas. Karena motivasi sangat diperlukan untuk meningkatkan semangat belajar siswa dan mereka akan lebih menikmati dan senang dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan apabila dalam diri mereka telah tumbuh motivasi.
3.    Dalam pembelajaran yang terpenting adalah tercapainya tujuan dari pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat tercapai jika siswa  dalam kelas tingkat motivasinya tinggi dan siswa menyukai pembelajaran yang sedang mereka lakukan. 









DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2013. “Media Pembelajaran (Edisi Revisi)”. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Daryanto. 2011. “Media Pembelajaran”. PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera: Bandung.
Kridalaksana, Harimurti, Dkk. 2001. “Wiwara Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa”. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sadiman, Arief S, Dkk 1986. “Media Pendidikan(Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya)”. Pustekkom Dikbud  dan CV. Rajawali : Jakarta.
Sadiman, Arief S, Dkk. 1996. “Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya)”.PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Tim Pena Guru. 2010. “ Remen Bahasa Jawi, SD/ MI kelas 1”. Erlangga:  Jakarta.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2011. “UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003”. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Maimunah. 2010. Media Kartu Huruf, Pembelajaran Aksara Jawa, Motivasi (http://multimedianusantara.com) diakses 21 Maret 2014 pukul 15: WIB
Sayoga. Aksara jawa hanacaraka pallawa (http: //id.wikipedia.org) diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 15.28 WIB



0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar